Selasa, 21 Juni 2011

perkembangan iptv di indonesia

Depkominfo saat ini sedang mengkaji pengembangan layanan IPTV di Indonesia khususnya mengenai regulasi dan sistem perizinan bagi service provider IPTV. Secara umum telah disusun Roadmap pembangunan infrastruktur TIK yang sangat fokus pada teknologi konvergen serta didalamnya telah mencakup layanan IPTV untuk kondisi mendatang namun belum secara rinci dideskripsikan tentang layanan IPTV pada roadmap tersebut.
Di Indonesia PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (PT Telkom) saat ini sedang bersiap-siap meluncurkan layanan IPTV dengan melakukan uji laboratoriun pengembangan IPTV yang akan dilanjutkan dengan uji pasar. PT Telkom berencana akan memanfaatkan 8,7 juta kabel jaringan telepon tetap (fix telephone) di seluruh Indonesia dimana 5 juta kabel diantaranya merupakan jaringan internet Speedy. Layanan yang akan ditawarkan adalah layanan triple play services yang mencakup layanan multimedia dan akses broadbandnya sendiri. Pada tahap awal nantinya akan diprioritaskan kepada 50% pelanggan internet kecepatan tinggi Speedy yang kini tercatat sekitar 700.000 terutama di 7 kota besar di Indonesia Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Medan dan Makasar dipilih karena infrastruktur untuk menunjang bisnis tersebut telah tersedia dengan kapasitas sebesar 4 Mbps. Untuk mempersiapkan layanan IPTV, PT Telkom juga bekerja sama dengan International (HK) Limited (PCCW), untuk pengembangan layanan pay-TV yang meliputi IPTV dan layanan transaksi, direct-to-home satellite television broadcasts (DTH) serta fitur-fitur lainnya.

perkembangan iptv di korea selatan

Dikarenakan tidak ada institusi/lembaga dan undang-undang yang mengatur jasa/layanan konvergensi, maka layanan IPTV masih belum tersedia di Korea Selatan. Walaupun Korean Telecommunication (KT) dan Hanaro (Hanaro Telecom) yang merupakan perusahaan telekomunikasi incumbent yang sedang mengembangkan infrastruktur dan program-program acara untuk IPTV, namun belum jelas kapan mereka dapat meluncurkan layanan IPTV secara komersial. Keberatan dari pihak penyedia layanan TV kabel juga salah satu pertimbangan IPTV belum diluncurkan oleh kedua perusahaan incumbent tersebut. Penyedia layanan TV kabel juga telah dibatasi jumlahnya oleh berbagai peraturan tentang penyedia saluran, pembatasan kepemilikan dan investasi. Asosiasi TV kabel di Korea Selatan meminta Komisi Pengawas Penyiaran Korea bahwa peraturan tentang penyiaran harus diberlakukan bagi perusahaan penyiaran yang ingin memulai layanan IPTV serta peraturan-peraturan yang diberlakukan bagi penyelenggara TV kabel harus diberlakukan pula bagi penyelenggara IPTV. Di sisi lain penyelenggara siaran lokal telah melakukan jasa/layanan VOD untuk acara-acara TV melalui internet dimana layanan ini memiliki konsep yang berbeda dengan IPTV. SBS (Seoul Broadcasting System) salah satu penyelenggara penyiaran komersial telah menyediakan layanan VOD sejak tahun 1999, sedangkan MBC (Munhwa Broadcasting Corporation) dan KBS (Korean Broadcasting system) dimana keduanya merupakan perusahaan penyiaran publik telah menyajikan TV internet sejak tahun 2000, di lain sisi banyak yang berpendapat bahwa IPTV harus diperlakukan sebagai jasa/layanan penyiaran.

lanjutan bab 3

Perkembangan IPTV

Di banyak negara, IPTV telah berkembang sedemikian rupa sehingga para pelanggan mempunyai banyak pilihan dalam mengakses informasi, hiburan dan layanan lainnya. Sebagai contoh di Jepang, yang merupakan salah satu negara pionir dalam penerapan layanan IPTV meluncurkan layanan IPTV pertama kalinya pada tahun 2005 yang merupakan layanan IPTV berkualitas HDTV (High Definition Television) serta berbasis VoD menggunakan encode MPEG-4 AVC/H.264 yang memungkinkan provider mengirimkan konten HD hanya dengan separuh bandwidth dibandingkan dengan memakai teknologi MPEG-2. Di negara Asia lainnya yaitu Cina, layanan IPTV mulai diterapkan pada akhir tahun 2005 yang dapat diakses melalui tiga jenis media yaitu TV, PC dan mobile handset (Ellis, Paul, Weiss, Rifkind, Wharton & Garrison LLP, 2006). Sebagian besar stasiun televisi dan TV kabel di Cina dikuasai oleh pemerintah dan diawasi oleh suatu Badan Administrasi Negara mengenai Film, Radio dan Televisi Cina (SAFRT) dengan kata lain Cina memakai sistem tertutup sehingga dalam segi konten yang ditawarkan tidak terlalu bervariasi walaupun terdapat beberapa provider yang terjun dalam bisnis IPTV diantaranya Shanghai Media Group (SMG), Netcom dan Beijing People’s Broadcasting Corporation (BPBC). Konten yang ditawarkan diantaranya adalah game online, e-learning dan sebagainya. Sedangkan di Taiwan layanan IPTV menggunakan akses jaringan broadband berbasis teknologi ADSL dan salah satu provider-nya adalah Chunghwa Telecom dengan layanan yang ditawarkan adalah MoD (Multimedia on demand), yaitu merupakan paket layanan telepon lokal ataupun jarak jauh dan akses internet. Layanan MoD sendiri berbasis teknologi kompresi MPEG-2. Karena masih memakai sinyal display analog maka set-top box harus di-install sehingga dapat membaca sinyal analog. Konten MoD diantaranya adalah saluran televisi kabel, video on demand serta konten-konten yang memuat informasi edukasi, berita, travel, olahraga, belanja, informasi pergerakan bursa saham dan film. Chunghwa menawarkan paket yang kompetitif yaitu dengan memberikan set-top box gratis, gratis instalasi dan gratis tayangan televisi selama 6 bulan. Di Jepang, pemanfaatan broadband berbasis DSL mengalami perkembangan yang sangat siginifikan yaitu sebanyak 13, 7 juta pada tahun 2007 (MIC-Jepang) dengan kecepatan 512 Mbit/s (tertinggi dunia sesuai data ITU tahun 2006). Pemerintah Jepang menargetkan bahwa pada tahun 2010 seluruh penduduk Jepang sudah dapat menikmati layanan berbasis broadband. Jepang sebagai salah satu negara yang paling awal mengadopsi layanan triple play dalam menyediakan layanan TV, broadband internet dan telepon dalam satu paket layanan yang disediakan oleh satu provider. Faktor kunci era konvergensi di
Jepang adalah digerakkan oleh e-commerce, e-cash, e-banking, e-government dan e-entertainment. Perancis adalah negara dengan tingkat pertumbuhan pasar triple play dan konvergensi yang sangat pesat sebagai satu pendorong dalam perkembangan pasar broadband di Eropa. Infrastruktur DSL yang komprehensif dan konsolidasi platform kabel diinvestasikan untuk peningkatan jaringan dan meningkatkan layanan serta konten. Perancis juga merupakan salah satu negara penyedia layanan fiber optik sebagai faktor pendorong untuk konsumen dalam menikmati layanan triple play dan IPTV.