Rabu, 22 Juni 2011

bab 4

analisa dan pembahasan

1. Umum
Untuk menganalisa data ataupun subjek dalam penelitian ini, sesuai dengan metode yang dipakai oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode benchmarking, dimana benchmarking yang dipakai adalah jenis competitive, yaitu dengan kompetitornya, yaitu membandingkan penerapan IPTV di beberapa negara dan standar IPTV yang dibuat oleh organisasi/badan standarisasi telekomunikasi internasional sebagai variabel. Selain membandingkan penerapan IPTV tersebut, akan dibandingkan juga data pendukung lainnya sebagai bahan referensi dan penguat atas data yang akan dianalisa, seperti membandingkan penetrasi internet dan broadband di negara-negara tersebut yang merupakan faktor pendukung terhadap penerapan IPTV di masing-masing negara.
4.2 ANALISA DATA
4.2.1 Benchmark Perkembangan IPTV di Beberapa Negara
Pada analisa data akan dilakukan benchmarking mengenai faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan IPTV yaitu penetrasi dan infrastruktur serta parameter-parameter mengenai perkembangan IPTV di masing-masing negara yang terdiri dari :
a. Regulasi IPTV
b. Standar IPTV
c. Jumlah pengguna IPTV
d. Jumlah provider IPTV
e. Jaringan Layanan IPTV
f. Video format IPTV
Benchmarking ini dimaksudkan untuk membandingkan sejauh mana perkembangan IPTV sampai saat ini dengan melihat perkembangan IPTV di masing-masing negara dibandingkan dengan Indonesia.

4.2.2 Benchmark Standar IPTV Beberapa Badan Standarisasi/Badan Telekomunikasi Dunia
Selain benchmarking dari beberapa negara mengenai perkembangan IPTV perlu juga dilakukan benchmark dari lembaga standarisasi telekomunikasi internasional dalam hal ini ATIS, ETSI dan ITU-T. Benchmark meliputi 6 standar yaitu :
a. Arsitektur IPTV
b. DRM
c. Transport Layer
d. QoS
e. Metadata
Benchmark dari lembaga standarisasi telekomunikasi internasional dilakukan untuk membandingkan perkembangan kemajuan penyusunan standar IPTV di ATIS, ETSI dan ITU-T. Hal ini secara teknis akan mempengaruhi kesiapan dan kematangan penerapan standar IPTV yang akan disusun oleh pemerintah Indonesia dalam hal ini Ditjen Postel. Secara garis besar penyusunan standar IPTV yang disusun oleh ATIS, ETSI dan ITU-T nantinya akan diadopsi oleh pemerintah Indonesia agar aspek interoperabilitas baik perangkat maupun jaringan berbasis IP ini dapat terlaksana dengan baik.

Selasa, 21 Juni 2011

perkembangan iptv di indonesia

Depkominfo saat ini sedang mengkaji pengembangan layanan IPTV di Indonesia khususnya mengenai regulasi dan sistem perizinan bagi service provider IPTV. Secara umum telah disusun Roadmap pembangunan infrastruktur TIK yang sangat fokus pada teknologi konvergen serta didalamnya telah mencakup layanan IPTV untuk kondisi mendatang namun belum secara rinci dideskripsikan tentang layanan IPTV pada roadmap tersebut.
Di Indonesia PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (PT Telkom) saat ini sedang bersiap-siap meluncurkan layanan IPTV dengan melakukan uji laboratoriun pengembangan IPTV yang akan dilanjutkan dengan uji pasar. PT Telkom berencana akan memanfaatkan 8,7 juta kabel jaringan telepon tetap (fix telephone) di seluruh Indonesia dimana 5 juta kabel diantaranya merupakan jaringan internet Speedy. Layanan yang akan ditawarkan adalah layanan triple play services yang mencakup layanan multimedia dan akses broadbandnya sendiri. Pada tahap awal nantinya akan diprioritaskan kepada 50% pelanggan internet kecepatan tinggi Speedy yang kini tercatat sekitar 700.000 terutama di 7 kota besar di Indonesia Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Medan dan Makasar dipilih karena infrastruktur untuk menunjang bisnis tersebut telah tersedia dengan kapasitas sebesar 4 Mbps. Untuk mempersiapkan layanan IPTV, PT Telkom juga bekerja sama dengan International (HK) Limited (PCCW), untuk pengembangan layanan pay-TV yang meliputi IPTV dan layanan transaksi, direct-to-home satellite television broadcasts (DTH) serta fitur-fitur lainnya.

perkembangan iptv di korea selatan

Dikarenakan tidak ada institusi/lembaga dan undang-undang yang mengatur jasa/layanan konvergensi, maka layanan IPTV masih belum tersedia di Korea Selatan. Walaupun Korean Telecommunication (KT) dan Hanaro (Hanaro Telecom) yang merupakan perusahaan telekomunikasi incumbent yang sedang mengembangkan infrastruktur dan program-program acara untuk IPTV, namun belum jelas kapan mereka dapat meluncurkan layanan IPTV secara komersial. Keberatan dari pihak penyedia layanan TV kabel juga salah satu pertimbangan IPTV belum diluncurkan oleh kedua perusahaan incumbent tersebut. Penyedia layanan TV kabel juga telah dibatasi jumlahnya oleh berbagai peraturan tentang penyedia saluran, pembatasan kepemilikan dan investasi. Asosiasi TV kabel di Korea Selatan meminta Komisi Pengawas Penyiaran Korea bahwa peraturan tentang penyiaran harus diberlakukan bagi perusahaan penyiaran yang ingin memulai layanan IPTV serta peraturan-peraturan yang diberlakukan bagi penyelenggara TV kabel harus diberlakukan pula bagi penyelenggara IPTV. Di sisi lain penyelenggara siaran lokal telah melakukan jasa/layanan VOD untuk acara-acara TV melalui internet dimana layanan ini memiliki konsep yang berbeda dengan IPTV. SBS (Seoul Broadcasting System) salah satu penyelenggara penyiaran komersial telah menyediakan layanan VOD sejak tahun 1999, sedangkan MBC (Munhwa Broadcasting Corporation) dan KBS (Korean Broadcasting system) dimana keduanya merupakan perusahaan penyiaran publik telah menyajikan TV internet sejak tahun 2000, di lain sisi banyak yang berpendapat bahwa IPTV harus diperlakukan sebagai jasa/layanan penyiaran.

lanjutan bab 3

Perkembangan IPTV

Di banyak negara, IPTV telah berkembang sedemikian rupa sehingga para pelanggan mempunyai banyak pilihan dalam mengakses informasi, hiburan dan layanan lainnya. Sebagai contoh di Jepang, yang merupakan salah satu negara pionir dalam penerapan layanan IPTV meluncurkan layanan IPTV pertama kalinya pada tahun 2005 yang merupakan layanan IPTV berkualitas HDTV (High Definition Television) serta berbasis VoD menggunakan encode MPEG-4 AVC/H.264 yang memungkinkan provider mengirimkan konten HD hanya dengan separuh bandwidth dibandingkan dengan memakai teknologi MPEG-2. Di negara Asia lainnya yaitu Cina, layanan IPTV mulai diterapkan pada akhir tahun 2005 yang dapat diakses melalui tiga jenis media yaitu TV, PC dan mobile handset (Ellis, Paul, Weiss, Rifkind, Wharton & Garrison LLP, 2006). Sebagian besar stasiun televisi dan TV kabel di Cina dikuasai oleh pemerintah dan diawasi oleh suatu Badan Administrasi Negara mengenai Film, Radio dan Televisi Cina (SAFRT) dengan kata lain Cina memakai sistem tertutup sehingga dalam segi konten yang ditawarkan tidak terlalu bervariasi walaupun terdapat beberapa provider yang terjun dalam bisnis IPTV diantaranya Shanghai Media Group (SMG), Netcom dan Beijing People’s Broadcasting Corporation (BPBC). Konten yang ditawarkan diantaranya adalah game online, e-learning dan sebagainya. Sedangkan di Taiwan layanan IPTV menggunakan akses jaringan broadband berbasis teknologi ADSL dan salah satu provider-nya adalah Chunghwa Telecom dengan layanan yang ditawarkan adalah MoD (Multimedia on demand), yaitu merupakan paket layanan telepon lokal ataupun jarak jauh dan akses internet. Layanan MoD sendiri berbasis teknologi kompresi MPEG-2. Karena masih memakai sinyal display analog maka set-top box harus di-install sehingga dapat membaca sinyal analog. Konten MoD diantaranya adalah saluran televisi kabel, video on demand serta konten-konten yang memuat informasi edukasi, berita, travel, olahraga, belanja, informasi pergerakan bursa saham dan film. Chunghwa menawarkan paket yang kompetitif yaitu dengan memberikan set-top box gratis, gratis instalasi dan gratis tayangan televisi selama 6 bulan. Di Jepang, pemanfaatan broadband berbasis DSL mengalami perkembangan yang sangat siginifikan yaitu sebanyak 13, 7 juta pada tahun 2007 (MIC-Jepang) dengan kecepatan 512 Mbit/s (tertinggi dunia sesuai data ITU tahun 2006). Pemerintah Jepang menargetkan bahwa pada tahun 2010 seluruh penduduk Jepang sudah dapat menikmati layanan berbasis broadband. Jepang sebagai salah satu negara yang paling awal mengadopsi layanan triple play dalam menyediakan layanan TV, broadband internet dan telepon dalam satu paket layanan yang disediakan oleh satu provider. Faktor kunci era konvergensi di
Jepang adalah digerakkan oleh e-commerce, e-cash, e-banking, e-government dan e-entertainment. Perancis adalah negara dengan tingkat pertumbuhan pasar triple play dan konvergensi yang sangat pesat sebagai satu pendorong dalam perkembangan pasar broadband di Eropa. Infrastruktur DSL yang komprehensif dan konsolidasi platform kabel diinvestasikan untuk peningkatan jaringan dan meningkatkan layanan serta konten. Perancis juga merupakan salah satu negara penyedia layanan fiber optik sebagai faktor pendorong untuk konsumen dalam menikmati layanan triple play dan IPTV.

Senin, 20 Juni 2011

kelanjutan..(3)

Penetrasi Broadband

Saat ini, di seluruh dunia sedang populer dengan apa yang disebut dengan broadband access yang maknanya dalam bahasa Indonesia adalah akses data berkecepatan tinggi. Standar broadband bervariasi dari satu negara ke negara lain, tapi secara umum dinyatakan sebagai akses internet yang berkecepatan tinggi dan selalu terkoneksi. Dengan pola trafik >80% ke global internet dan sisanya ke lokal, maka pembiayaan terhadap produk akses internet ini menjadi sangat mahal. Penggelaran jaringan berkecepatan tinggi ini mempunyai dampak lebih kuat ketimbang sebaran layanan telepon standar (basic telephony). Tidak hanya sekedar berkomunikasi, tapi bisnis dapat berjalan diatasnya dengan lebih efisien dalam cakupan jarak yang luas. Koneksi broadband juga dapat digunakan pada aplikasi dua arah, misalnya e-learning untuk dunia pendidikan atau “diagnosa jarak jauh” untuk para dokter, yang hampir mustahil dijalankan di atas teknologi dial-up (akses internet metode dial melalui saluran telepon) yang

bab 3

kelanjutan bab 3

PERKEMBANGAN IPTV DI DUNIA
3.2.1 Tingkat Pertumbuhan Pengguna Internet
Beberapa tahun belakangan ini internet memposisikan diri menjadi sesuatu media yang sangat berpengaruh sehingga dapat mengubah cara berbisnis dan cara berkomunikasi. Internet sebagai sumber daya informasi universal telah mewujudkan sebuah globalisasi di dunia ini. Internet adalah media yang paling demokratis, dengan hanya sedikit investasi, siapapun dapat membuat web page di internet. Dengan cara ini, hampir semua bisnis dapat mencapai pasar yang lebih luas, langsung, cepat dan ekonomis tanpa mempermasalahkan besaran dan lokasi bisnis. Internet telah memberikan pengaruh yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan pandangan dunia. Berbagai transaksi jual beli yang sebelumnya hanya bisa dilakukan dengan cara tatap muka (atau melalui pos atau telepon), kini menjadi sangat mudah dan sering dilakukan melalui internet. Perkembangan teknologi internet menjanjikan pertumbuhan industri konten sebab tanpa aplikasi dan konten, internet seperti jalan besar yang sepi. Aplikasi yang dapat dijalankan di internet yang banyak dipakai misalnya surat elektronik (e-mail), chatting, halaman situs (world wide web), dan berbagi dokumen. Berdasarkan hal tersebut maka pertumbuhan pengguna internet di dunia mengalami kemajuan yang sangat signifikan dan fantastis yaitu sebesar 8.694% dari mulai tahun 1995 sebanyak 16 juta user sampai tahun 2008 sebanyak 1.4 milyar user.

bab 3

KELANJUTAN lAYANAN BROADBAND ...

Layanan broadband di negara-negara dengan penetrasi tinggi layanan broadband misalnya Korea Selatan, Jepang dan Kanada, semuanya mengimplementasikan kebijakan yang sistematis untuk mendukung pertumbuhan broadband di negaranya. Kebijakan-kebijakan itu diantaranya adalah penurunan harga untuk menghapus hambatan berlangganan (entry barrier), target yang jelas dari kementerian terkait untuk percepatan penggelaran jaringan, pemberian insentif pada usaha-usaha pengembangan konten lokal dan bisnis online (ecommerce), mempermurah harga dan pajak perangkat peralatan yang digunakan pelanggan seperti modem, swicth, router, yang pada akhirnya membuat terjangkaunya harga layanan secara keseluruhan. Penetrasi broadband adalah persentase dari jumlah pelanggan broadband dibagi dengan populasi penduduk. Secara umum, tingkat penetrasi broadband tingkat dunia hanya sebesar 4,6 % atau sebanyak 36,3 juta subscriber. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak meratanya penggunaan dan penggelaran jaringan broadband serta masih didominasi oleh negara-negara maju. Berdasarkan tabel 3.2 berikut diperoleh bahwa subscriber broadband terbanyak berada di Amerika Serikat sebanyak 66,2 juta subscriber dengan tingkat penetrasi broadband sebesar 21,9%. Di urutan kedua adalah Cina sebanyak 48,5 juta subscriber dengan tingkat penetrasi sebesar 3,7%. Sedangkan di urutan ke tiga adalah Jepang dengan jumlah subscriber broadband sebanyak 27,1 juta dengan tingkat penetrasi sebesar 21,1%. Sedangkan Indonesia sesuai data per Maret 2008 masih sangat rendah sesuai data ITU dan APJII yaitu sebanyak 241.000 subscriber broadband dengan tingkat penetrasi sebesar 0,11 %.