Rabu, 22 Juni 2011

bab 4

analisa dan pembahasan

1. Umum
Untuk menganalisa data ataupun subjek dalam penelitian ini, sesuai dengan metode yang dipakai oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode benchmarking, dimana benchmarking yang dipakai adalah jenis competitive, yaitu dengan kompetitornya, yaitu membandingkan penerapan IPTV di beberapa negara dan standar IPTV yang dibuat oleh organisasi/badan standarisasi telekomunikasi internasional sebagai variabel. Selain membandingkan penerapan IPTV tersebut, akan dibandingkan juga data pendukung lainnya sebagai bahan referensi dan penguat atas data yang akan dianalisa, seperti membandingkan penetrasi internet dan broadband di negara-negara tersebut yang merupakan faktor pendukung terhadap penerapan IPTV di masing-masing negara.
4.2 ANALISA DATA
4.2.1 Benchmark Perkembangan IPTV di Beberapa Negara
Pada analisa data akan dilakukan benchmarking mengenai faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan IPTV yaitu penetrasi dan infrastruktur serta parameter-parameter mengenai perkembangan IPTV di masing-masing negara yang terdiri dari :
a. Regulasi IPTV
b. Standar IPTV
c. Jumlah pengguna IPTV
d. Jumlah provider IPTV
e. Jaringan Layanan IPTV
f. Video format IPTV
Benchmarking ini dimaksudkan untuk membandingkan sejauh mana perkembangan IPTV sampai saat ini dengan melihat perkembangan IPTV di masing-masing negara dibandingkan dengan Indonesia.

4.2.2 Benchmark Standar IPTV Beberapa Badan Standarisasi/Badan Telekomunikasi Dunia
Selain benchmarking dari beberapa negara mengenai perkembangan IPTV perlu juga dilakukan benchmark dari lembaga standarisasi telekomunikasi internasional dalam hal ini ATIS, ETSI dan ITU-T. Benchmark meliputi 6 standar yaitu :
a. Arsitektur IPTV
b. DRM
c. Transport Layer
d. QoS
e. Metadata
Benchmark dari lembaga standarisasi telekomunikasi internasional dilakukan untuk membandingkan perkembangan kemajuan penyusunan standar IPTV di ATIS, ETSI dan ITU-T. Hal ini secara teknis akan mempengaruhi kesiapan dan kematangan penerapan standar IPTV yang akan disusun oleh pemerintah Indonesia dalam hal ini Ditjen Postel. Secara garis besar penyusunan standar IPTV yang disusun oleh ATIS, ETSI dan ITU-T nantinya akan diadopsi oleh pemerintah Indonesia agar aspek interoperabilitas baik perangkat maupun jaringan berbasis IP ini dapat terlaksana dengan baik.

Selasa, 21 Juni 2011

perkembangan iptv di indonesia

Depkominfo saat ini sedang mengkaji pengembangan layanan IPTV di Indonesia khususnya mengenai regulasi dan sistem perizinan bagi service provider IPTV. Secara umum telah disusun Roadmap pembangunan infrastruktur TIK yang sangat fokus pada teknologi konvergen serta didalamnya telah mencakup layanan IPTV untuk kondisi mendatang namun belum secara rinci dideskripsikan tentang layanan IPTV pada roadmap tersebut.
Di Indonesia PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (PT Telkom) saat ini sedang bersiap-siap meluncurkan layanan IPTV dengan melakukan uji laboratoriun pengembangan IPTV yang akan dilanjutkan dengan uji pasar. PT Telkom berencana akan memanfaatkan 8,7 juta kabel jaringan telepon tetap (fix telephone) di seluruh Indonesia dimana 5 juta kabel diantaranya merupakan jaringan internet Speedy. Layanan yang akan ditawarkan adalah layanan triple play services yang mencakup layanan multimedia dan akses broadbandnya sendiri. Pada tahap awal nantinya akan diprioritaskan kepada 50% pelanggan internet kecepatan tinggi Speedy yang kini tercatat sekitar 700.000 terutama di 7 kota besar di Indonesia Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Medan dan Makasar dipilih karena infrastruktur untuk menunjang bisnis tersebut telah tersedia dengan kapasitas sebesar 4 Mbps. Untuk mempersiapkan layanan IPTV, PT Telkom juga bekerja sama dengan International (HK) Limited (PCCW), untuk pengembangan layanan pay-TV yang meliputi IPTV dan layanan transaksi, direct-to-home satellite television broadcasts (DTH) serta fitur-fitur lainnya.

perkembangan iptv di korea selatan

Dikarenakan tidak ada institusi/lembaga dan undang-undang yang mengatur jasa/layanan konvergensi, maka layanan IPTV masih belum tersedia di Korea Selatan. Walaupun Korean Telecommunication (KT) dan Hanaro (Hanaro Telecom) yang merupakan perusahaan telekomunikasi incumbent yang sedang mengembangkan infrastruktur dan program-program acara untuk IPTV, namun belum jelas kapan mereka dapat meluncurkan layanan IPTV secara komersial. Keberatan dari pihak penyedia layanan TV kabel juga salah satu pertimbangan IPTV belum diluncurkan oleh kedua perusahaan incumbent tersebut. Penyedia layanan TV kabel juga telah dibatasi jumlahnya oleh berbagai peraturan tentang penyedia saluran, pembatasan kepemilikan dan investasi. Asosiasi TV kabel di Korea Selatan meminta Komisi Pengawas Penyiaran Korea bahwa peraturan tentang penyiaran harus diberlakukan bagi perusahaan penyiaran yang ingin memulai layanan IPTV serta peraturan-peraturan yang diberlakukan bagi penyelenggara TV kabel harus diberlakukan pula bagi penyelenggara IPTV. Di sisi lain penyelenggara siaran lokal telah melakukan jasa/layanan VOD untuk acara-acara TV melalui internet dimana layanan ini memiliki konsep yang berbeda dengan IPTV. SBS (Seoul Broadcasting System) salah satu penyelenggara penyiaran komersial telah menyediakan layanan VOD sejak tahun 1999, sedangkan MBC (Munhwa Broadcasting Corporation) dan KBS (Korean Broadcasting system) dimana keduanya merupakan perusahaan penyiaran publik telah menyajikan TV internet sejak tahun 2000, di lain sisi banyak yang berpendapat bahwa IPTV harus diperlakukan sebagai jasa/layanan penyiaran.

lanjutan bab 3

Perkembangan IPTV

Di banyak negara, IPTV telah berkembang sedemikian rupa sehingga para pelanggan mempunyai banyak pilihan dalam mengakses informasi, hiburan dan layanan lainnya. Sebagai contoh di Jepang, yang merupakan salah satu negara pionir dalam penerapan layanan IPTV meluncurkan layanan IPTV pertama kalinya pada tahun 2005 yang merupakan layanan IPTV berkualitas HDTV (High Definition Television) serta berbasis VoD menggunakan encode MPEG-4 AVC/H.264 yang memungkinkan provider mengirimkan konten HD hanya dengan separuh bandwidth dibandingkan dengan memakai teknologi MPEG-2. Di negara Asia lainnya yaitu Cina, layanan IPTV mulai diterapkan pada akhir tahun 2005 yang dapat diakses melalui tiga jenis media yaitu TV, PC dan mobile handset (Ellis, Paul, Weiss, Rifkind, Wharton & Garrison LLP, 2006). Sebagian besar stasiun televisi dan TV kabel di Cina dikuasai oleh pemerintah dan diawasi oleh suatu Badan Administrasi Negara mengenai Film, Radio dan Televisi Cina (SAFRT) dengan kata lain Cina memakai sistem tertutup sehingga dalam segi konten yang ditawarkan tidak terlalu bervariasi walaupun terdapat beberapa provider yang terjun dalam bisnis IPTV diantaranya Shanghai Media Group (SMG), Netcom dan Beijing People’s Broadcasting Corporation (BPBC). Konten yang ditawarkan diantaranya adalah game online, e-learning dan sebagainya. Sedangkan di Taiwan layanan IPTV menggunakan akses jaringan broadband berbasis teknologi ADSL dan salah satu provider-nya adalah Chunghwa Telecom dengan layanan yang ditawarkan adalah MoD (Multimedia on demand), yaitu merupakan paket layanan telepon lokal ataupun jarak jauh dan akses internet. Layanan MoD sendiri berbasis teknologi kompresi MPEG-2. Karena masih memakai sinyal display analog maka set-top box harus di-install sehingga dapat membaca sinyal analog. Konten MoD diantaranya adalah saluran televisi kabel, video on demand serta konten-konten yang memuat informasi edukasi, berita, travel, olahraga, belanja, informasi pergerakan bursa saham dan film. Chunghwa menawarkan paket yang kompetitif yaitu dengan memberikan set-top box gratis, gratis instalasi dan gratis tayangan televisi selama 6 bulan. Di Jepang, pemanfaatan broadband berbasis DSL mengalami perkembangan yang sangat siginifikan yaitu sebanyak 13, 7 juta pada tahun 2007 (MIC-Jepang) dengan kecepatan 512 Mbit/s (tertinggi dunia sesuai data ITU tahun 2006). Pemerintah Jepang menargetkan bahwa pada tahun 2010 seluruh penduduk Jepang sudah dapat menikmati layanan berbasis broadband. Jepang sebagai salah satu negara yang paling awal mengadopsi layanan triple play dalam menyediakan layanan TV, broadband internet dan telepon dalam satu paket layanan yang disediakan oleh satu provider. Faktor kunci era konvergensi di
Jepang adalah digerakkan oleh e-commerce, e-cash, e-banking, e-government dan e-entertainment. Perancis adalah negara dengan tingkat pertumbuhan pasar triple play dan konvergensi yang sangat pesat sebagai satu pendorong dalam perkembangan pasar broadband di Eropa. Infrastruktur DSL yang komprehensif dan konsolidasi platform kabel diinvestasikan untuk peningkatan jaringan dan meningkatkan layanan serta konten. Perancis juga merupakan salah satu negara penyedia layanan fiber optik sebagai faktor pendorong untuk konsumen dalam menikmati layanan triple play dan IPTV.

Senin, 20 Juni 2011

kelanjutan..(3)

Penetrasi Broadband

Saat ini, di seluruh dunia sedang populer dengan apa yang disebut dengan broadband access yang maknanya dalam bahasa Indonesia adalah akses data berkecepatan tinggi. Standar broadband bervariasi dari satu negara ke negara lain, tapi secara umum dinyatakan sebagai akses internet yang berkecepatan tinggi dan selalu terkoneksi. Dengan pola trafik >80% ke global internet dan sisanya ke lokal, maka pembiayaan terhadap produk akses internet ini menjadi sangat mahal. Penggelaran jaringan berkecepatan tinggi ini mempunyai dampak lebih kuat ketimbang sebaran layanan telepon standar (basic telephony). Tidak hanya sekedar berkomunikasi, tapi bisnis dapat berjalan diatasnya dengan lebih efisien dalam cakupan jarak yang luas. Koneksi broadband juga dapat digunakan pada aplikasi dua arah, misalnya e-learning untuk dunia pendidikan atau “diagnosa jarak jauh” untuk para dokter, yang hampir mustahil dijalankan di atas teknologi dial-up (akses internet metode dial melalui saluran telepon) yang

bab 3

kelanjutan bab 3

PERKEMBANGAN IPTV DI DUNIA
3.2.1 Tingkat Pertumbuhan Pengguna Internet
Beberapa tahun belakangan ini internet memposisikan diri menjadi sesuatu media yang sangat berpengaruh sehingga dapat mengubah cara berbisnis dan cara berkomunikasi. Internet sebagai sumber daya informasi universal telah mewujudkan sebuah globalisasi di dunia ini. Internet adalah media yang paling demokratis, dengan hanya sedikit investasi, siapapun dapat membuat web page di internet. Dengan cara ini, hampir semua bisnis dapat mencapai pasar yang lebih luas, langsung, cepat dan ekonomis tanpa mempermasalahkan besaran dan lokasi bisnis. Internet telah memberikan pengaruh yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan pandangan dunia. Berbagai transaksi jual beli yang sebelumnya hanya bisa dilakukan dengan cara tatap muka (atau melalui pos atau telepon), kini menjadi sangat mudah dan sering dilakukan melalui internet. Perkembangan teknologi internet menjanjikan pertumbuhan industri konten sebab tanpa aplikasi dan konten, internet seperti jalan besar yang sepi. Aplikasi yang dapat dijalankan di internet yang banyak dipakai misalnya surat elektronik (e-mail), chatting, halaman situs (world wide web), dan berbagi dokumen. Berdasarkan hal tersebut maka pertumbuhan pengguna internet di dunia mengalami kemajuan yang sangat signifikan dan fantastis yaitu sebesar 8.694% dari mulai tahun 1995 sebanyak 16 juta user sampai tahun 2008 sebanyak 1.4 milyar user.

bab 3

KELANJUTAN lAYANAN BROADBAND ...

Layanan broadband di negara-negara dengan penetrasi tinggi layanan broadband misalnya Korea Selatan, Jepang dan Kanada, semuanya mengimplementasikan kebijakan yang sistematis untuk mendukung pertumbuhan broadband di negaranya. Kebijakan-kebijakan itu diantaranya adalah penurunan harga untuk menghapus hambatan berlangganan (entry barrier), target yang jelas dari kementerian terkait untuk percepatan penggelaran jaringan, pemberian insentif pada usaha-usaha pengembangan konten lokal dan bisnis online (ecommerce), mempermurah harga dan pajak perangkat peralatan yang digunakan pelanggan seperti modem, swicth, router, yang pada akhirnya membuat terjangkaunya harga layanan secara keseluruhan. Penetrasi broadband adalah persentase dari jumlah pelanggan broadband dibagi dengan populasi penduduk. Secara umum, tingkat penetrasi broadband tingkat dunia hanya sebesar 4,6 % atau sebanyak 36,3 juta subscriber. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak meratanya penggunaan dan penggelaran jaringan broadband serta masih didominasi oleh negara-negara maju. Berdasarkan tabel 3.2 berikut diperoleh bahwa subscriber broadband terbanyak berada di Amerika Serikat sebanyak 66,2 juta subscriber dengan tingkat penetrasi broadband sebesar 21,9%. Di urutan kedua adalah Cina sebanyak 48,5 juta subscriber dengan tingkat penetrasi sebesar 3,7%. Sedangkan di urutan ke tiga adalah Jepang dengan jumlah subscriber broadband sebanyak 27,1 juta dengan tingkat penetrasi sebesar 21,1%. Sedangkan Indonesia sesuai data per Maret 2008 masih sangat rendah sesuai data ITU dan APJII yaitu sebanyak 241.000 subscriber broadband dengan tingkat penetrasi sebesar 0,11 %.

Minggu, 19 Juni 2011

bab 3

berbahagai hal di dunia tentang perkembangan IPTV sudah banyak digunakan termasuk Indonesia yang mencoba untuk mengembangkan IPTV contoh dari perkembangan IPTV di Indonesia ialah..

Berkembangnya teknologi IPTV membuat para provider dan perusahaan manufaktur berlomba-lomba masuk ke dalam bisnis yang tergolong baru yang konvensional dan layanan video berbasis IP yang sudah ada sebelumnya. Di beberapa negara pihak pemerintah membuka lebar pengembanganan layanan IPTV di negaranya dengan dukungan infrastruktur yang memadai dan dukungan industri manufaktur lokal. Walaupun layanan ini banyak menimbulkan kontroversi di beberapa negara terkait dengan penggolongan jenis layanan namun di saat yang bersamaan layanan IPTV terus berkembang. Sejalan dengan itu beberapa lembaga standarisasi telekomunikasi internasional saat ini sedang mengkaji untuk dapat menghasilkan standar IPTV yang dapat menjadi suatu referensi bagi para provider dan kalangan manufaktur agar terjalin suatu interoperabilitas khususnya pada aspek perangkat sehingga akan mempercepat pengembangan dari teknologi ini serta diharapkan IPTV akan menjadi televisi masa depan menggantikan televisi konvensional. Sehubungan dengan hal tersebut maka penyusunan standar IPTV merupakan salah satu faktor penting dimulainya layanan konvergen.

Perkembangan IPTV
Di banyak negara, IPTV telah berkembang sedemikian rupa sehingga para pelanggan mempunyai banyak pilihan dalam mengakses informasi, hiburan dan layanan lainnya. Sebagai contoh di Jepang, yang merupakan salah satu negara pionir dalam penerapan layanan IPTV meluncurkan layanan IPTV pertama kalinya pada tahun 2005 yang merupakan layanan IPTV berkualitas HDTV (High Definition Television) serta berbasis VoD menggunakan encode MPEG-4 AVC/H.264 yang memungkinkan provider mengirimkan konten HD hanya dengan separuh bandwidth dibandingkan dengan memakai teknologi MPEG-2. Di negara Asia lainnya yaitu Cina, layanan IPTV mulai diterapkan pada akhir tahun 2005 yang dapat diakses melalui tiga jenis media yaitu TV, PC dan mobile handset (Ellis, Paul, Weiss, Rifkind, Wharton & Garrison LLP, 2006). Sebagian besar stasiun televisi dan TV kabel di Cina dikuasai oleh pemerintah dan diawasi oleh suatu Badan Administrasi Negara mengenai Film, Radio dan Televisi Cina (SAFRT) dengan kata lain Cina memakai sistem tertutup sehingga dalam segi konten yang ditawarkan tidak terlalu bervariasi walaupun terdapat beberapa provider yang terjun dalam bisnis IPTV diantaranya Shanghai Media Group (SMG), Netcom dan Beijing People’s Broadcasting Corporation (BPBC). Konten yang ditawarkan diantaranya adalah game online, e-learning dan sebagainya. Sedangkan di Taiwan layanan IPTV menggunakan akses jaringan broadband berbasis teknologi ADSL dan salah satu provider-nya adalah Chunghwa Telecom dengan layanan yang ditawarkan adalah MoD (Multimedia on demand), yaitu merupakan paket layanan telepon lokal ataupun jarak jauh dan akses internet. Layanan MoD sendiri berbasis teknologi kompresi MPEG-2. Karena masih memakai sinyal display analog maka set-top box harus di-install sehingga dapat membaca sinyal analog. Konten MoD diantaranya adalah saluran televisi kabel, video on demand serta konten-konten yang memuat informasi edukasi, berita, travel, olahraga, belanja, informasi pergerakan bursa saham dan film. Chunghwa menawarkan paket yang kompetitif yaitu dengan memberikan set-top box gratis, gratis instalasi dan gratis tayangan televisi selama 6 bulan. Di Jepang, pemanfaatan broadband berbasis DSL mengalami perkembangan yang sangat siginifikan yaitu sebanyak 13, 7 juta pada tahun 2007 (MIC-Jepang) dengan kecepatan 512 Mbit/s (tertinggi dunia sesuai data ITU tahun 2006). Pemerintah Jepang menargetkan bahwa pada tahun 2010 seluruh penduduk Jepang sudah dapat menikmati layanan berbasis broadband. Jepang sebagai salah satu negara yang paling awal mengadopsi layanan triple play dalam menyediakan layanan TV, broadband internet dan telepon dalam satu paket layanan yang disediakan oleh satu provider. Faktor kunci era konvergensi di
Jepang adalah digerakkan oleh e-commerce, e-cash, e-banking, e-government dan e-entertainment. Perancis adalah negara dengan tingkat pertumbuhan pasar triple play dan konvergensi yang sangat pesat sebagai satu pendorong dalam perkembangan pasar broadband di Eropa. Infrastruktur DSL yang komprehensif dan konsolidasi platform kabel diinvestasikan untuk peningkatan jaringan dan meningkatkan layanan serta konten. Perancis juga merupakan salah satu negara penyedia layanan fiber optik sebagai faktor pendorong untuk konsumen dalam menikmati layanan triple play dan IPTV.

bab 2

kelanjutan bab 2
mengenai/membahasa tentang arsitektur IPTV serta Protokol IPTV

Diantara kelima kelompok fungsi arsitektur IPTV, Content Operation, Service Operation & Management, Media Distribution & Delivery bisa diimplementasikan oleh satu pihak dari rantai nilai secara terpisah, Content Operation diimplementasikan oleh CP (Content Provider), Service Operation &
Management oleh SP (Service Provider) dan Media Distribution & Delivery oleh network operator. Tetapi pada prakteknya, satu pihak pada rantai nilai juga bisa mengimplementasikan lebih dari satu fungsi, misalnya network operator bisa mengimplementasikan dua fungsi sekaligus yaitu fungsi Service Operation & Management dan fungsi Media Distribution & Delivery.

PROTOKOL
Video content pada dasarnya merupakan sebuah stream transport MPEG-2 atau MPEG-4 yang dikirim melalui IP Multicast pada kasus live TV atau melalui IP Unicast pada kasus Video on Demand. IP Multicast adalah suatu metode dimana informasi dapat dikirim ke banyak user pada saat yang sama. Codec H.264 yang di-release lebih baru (MPEG-4) digunakan untuk menggantikan MPEG-2 yang lebih tua.
Protokol standar yang digunakan dalam sistem berbasis IPTV adalah: [1,7]
IGMP versi 2 untuk live TV
RTSP untuk VoD.

bab 2

dalam bab ini saya akan membahas tentan konsep IPTV, layanan IPTV

KONSEP IPTV
IPTV adalah sebuah sistem yang digunakan untuk mengirim layanan televisi digital kepada konsumen yang terdaftar sebagai subscriber dalam sistem tersebut. Pengiriman sinyal digital televisi tersebut memungkinkan diselenggarakan dengan menggunakan Internet Protocol melewati sebuah koneksi broadband yang digunakan dalam sebuah jaringan dengan kualitas yang lebih baik daripada akses internet publik dengan tujuan agar kualitas pelayanan terjamin. Fokus utama dari layanan ini adalah layanan siaran televisi dan video, salah satu nilai tambah layanan IPTV adalah layanan internet seperti akses web dan layanan telefoni seperti VoIP (Voice over Internet Protocol) yang bila layanan-layanan itu diakses sekaligus disebut sebagai Triple Play.
Saat ini IPTV sedang menjadi pembicaraan hangat di seluruh dunia. Pemberitaan media massa ialah kelebihan dari beberapa layanan yang dapat disajikan oleh IPTV dimana dengan layanan IPTV kita bisa menerima layanan televisi dan video disamping layanan-layanan multimedia lain dengan memanfaatkan koneksi berbasis IP.
Perlu diingat bahwa IPTV tidak seperti program televisi broadcast biasa yang menggunakan internet, tetapi lebih dari itu dimana IPTV merupakan sistem yang tertutup serta siaran atau tayangannya berhak paten yang mirip dengan layanan TV kabel. Namun perbedaannya pengiriman IPTV dibuat lewat kanal-kanal berbasis IP yang cukup aman.
Layanan IPTV di-deliver oleh provider dengan menggunakan basis IP melalui koneksi broadband dengan alokasi bandwidth yang dedicated. IPTV terlihat jelas berbeda dengan video internet dimana video internet menyediakan layanan dalam menonton video, seperti preview film dan webcam. Layanan ini sering disebut best effort oleh penyedia jasa internet yang tidak memiliki servis manajemen back-to-back dengan pertimbangan-pertimbangan kualitas layanannya. Sedangkan layanan IPTV lebih luas, user friendly, interaktif serta di-deliver dengan teknologi DSL (Digital Subscriber Line) berkecepatan tinggi, seperti ADSL (Asymetric Digital Subscriber Line), ADSL2+ dan VDSL (Very High Data Rate Digital Subscriber Line). Tentu saja hal ini menawarkan nilai tambah serta menciptakan peluang bagi industri penyedia layanan telekomunikasi. Oleh sebab itu IPTV memberi jalan kepada para provider dalam berpartisipasi dan menyediakan efisiensi pada pasar Triple Play (suara, video, dan internet) Minimal 4 tipe layanan yang harus didukung oleh IPTV, yaitu [9]: live TV, VoD (Video on Demand), TSTV (time-shifted TV) dan PVR (Personal Video Recording).

2.2 DISTRIBUSI PROGRAM IPTV
Gambar 2.1 dibawah ini menunjukkan bagaimana suatu sistem televisi berbasis IP dapat digunakan oleh pengguna untuk mengakses ke beberapa sumber media yang berbeda. Diagram ini menunjukan bagaimana suatu televisi terhubung dengan Set Top Box (STB) yang mengkonversi video IP ke dalam sinyal televisi standar. STB merupakan gateway ke sistem switching video IP.
ontoh ini menunjukkan bahwa sistem switched video select (SVS) membolehkan pengguna melakukan koneksi dengan berbagai tipe sumber media televisi termasuk di dalamnya kanal jaringan broadcast dan movies on demand. Ketika pengguna menginginkan untuk mengakses sumber-sumber media tersebut, perintah-perintah pengendalian (biasanya dimasukkan oleh pengguna dengan

remote control televisi) dikirim ke SVS dan kemudian SVS menentukan sumber media yang diinginkan oleh pengguna untuk berkoneksi. Diagram diatas menunjukkan bahwa pengguna hanya membutuhkan satu kanal video ke SVS untuk mempunyai akses ke sejumlah sumber video tak terbatas secara virtual.

batasan masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah, maka penelitian ini dibatasi dengan
1.Pengembangan penerapan IPTV dibeberapa negara serta kesiapan penerapan IPTV di SEAMOLEC.
2.Penelitian ini tidak menghasilkansuatu standar IPTV

rumusan masalah

a. Penggunaan teknologi IPTV masih sangat terbatas di Indonesia sehingga masih jarang dilakukan pembahasan dan pengkajian tentang IPTV.
b. IPTV sebagai teknologi konvergensi antara telekomunikasi dan penyiaran merupakan babak baru bagi dunia telekomunikasi di Indonesia sehingga perlu diambil langkah- langkah yang harus dipersiapkan dalam penerapan IPTV di Indonesia
c. Perlu pengkajian yang mendalam dalam penerapan IPTV karena IPTV merupakan layanan yang bersifat kompleks serta berkaitan dengan

maksud dan tujuan

Maksud Penulisan
1.Memberikan solusi bagi Seamolec sendiri dalam memberikan pelayanan yang mudah kepada masyarakat.
2.Merancang sistem baru yang lebih efektif dan efisien sesuai kebutuhan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
3.Dapat menggunakan sistem yang telah dirancang oleh penulis jika rancangannya sesuai dengan yang diharapkan.


Tujuan Penulisan
1.Rancangan sistem yang dibuat akan menjadi masukan bagi Seamolec dalam hal memberikan informasi kepada masyarakat.
2.Dapat menerapkan dan merealisasikan ilmu pengetahuan yang sudah di dapat selama kuliah.
3.Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta pengalaman bagi penulis dalam menganalisa sistem yang kurang efektif menjadi sistem baru yang lebih baik dari sistem sebelumnya.

pendahuluan

Latar Belakang dalam pengembangan IPTV

Berkat pesatnya perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi maka media seperti televisi juga bisa berubah sifat atau karakternya. Jika sebelumnya penonton televisi hanya dapat bersikap pasif, dalam arti hanya bisa “pasrah” memilih dari sekian banyak saluran yang tersedia, kini bisa bersikap jauh lebih aktif. IPTV sendiri adalah suatu sistem dimana layanan digital televisi yang dikirimkan melalui IP (Internet Protocol) dengan menggunakan jaringan infrastruktur diantaranya koneksi berkecepatan tinggi. IPTV merupakan siaran TV digital yang dipancarkan melalui sambungan internet broadband pada jaringan tertutup sehingga hanya mereka yang terdaftar sebagai pelanggan saja yang dapat mengakses layanan tersebut.

Teknologi IPTV mendukung transmisi standar televisi dan program video melalui internet dengan berbasis platform IP address sehingga membuat IPTV menjadi lebih interaktif serta memungkinkan layanan televisi dapat terintegrasi dengan layanan internet serta dapat membagi koneksi dengan sesama pengguna. IPTV bisa berwujud siaran televisi biasa atau berupa database program acara dan film yang dapat diakses dan dipilih sendiri oleh penonton menyerupai Pay TV di hotel-hotel berbintang, selain itu penonton bisa sesuka hati memutar ulang siaran yang terlewatkan. Sebagaimana teknologi lain yang berbasiskan IP, kendali IPTV pun berada di tangan penonton sehingga membuat siaran menjadi bersifat lebih personal dan interaktif.

Selain membuka peluang distribusi dua arah dan multiple-stream, IPTV menjadi awal layanan triple play atau satu saluran untuk tiga macam layanan, sebagai contoh seorang pelanggan IPTV dapat menggunakan layanan telepon, video/TV dan internet sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Teknologi IPTV awal perkembangannya dimulai dari kawasan Eropa dan Amerika Utara dimana di kawasan tersebut telah memiliki infrastruktur komunikasi pita lebar yang memadai dan merata. Di Indonesia sendiri, hambatan bagi penyelenggaraan IPTV adalah belum tersedianya saluran komunikasi pita lebar yang memadai sehingga perlu perhatian lebih dari pemerintah untuk dapat mempercepat pembangunan infrastruktur pita lebar agar infrastruktur pita lebar sebagai jalur utama jaringan layanan berbasis IP dapat lebih luas menjangkau wilayah dan kota-kota di Indonesia sekaligus diharapkan nantinya menjangkau wilayah pedesaan di Indonesia. Secara umum layanan IPTV membutuhkan jaringan akses dengan kecepatan 2 sampai dengan 8 Mbps sedangkan kemampuan jaringan broadband berbasis ADSL pada saat ini rata-rata hanya berkecepatan 512 Mbps. Dari studi yang dilaksanakan oleh Ditjen Postel mengindikasikan bahwa layanan IPTV mempunyai prospek yang cukup menjanjikan dan akan menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Industri manufaktur telekomunikasi juga perlu mendapatkan perhatian dan dispensasi agar dapat lebih bersaing dengan produk luar negeri dan dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Secara umum ada dua aspek menonjol yang dapat mempengaruhi tingkat penyebaran dan perkembangan IPTV yaitu jaringan infrastruktur dan regulasi. Untuk aspek jaringan infrastruktur lebih dapat diprediksi kebutuhan dan perkembangannya, sedangkan untuk aspek regulasi merupakan faktor yang lebih sulit diprediksi karena regulasi yang disusun untuk layanan broadband pada umumnya dan IPTV pada khususnya merupakan dampak dari cepatnya perkembangan teknologi serta merupakan konvergensi dari bidang telekomunikasi dan bidang penyiaran sehingga dengan demikian aspek regulasi menjadi sangat kompleks dengan tetap harus dapat mengakomodasikan kepentingan seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan layanan ini yaitu pemerintah sebagai penetu kebijakan, provider IPTV, content provider, operator jaringan dan user selaku konsumen.

Konsep kebijakan mengenai penyelenggaraan IPTV penting untuk dipersiapkan karena mengingat potensi pasar di Indonesia sangat besar seiring meningkatnya jumlah pengguna broadband access dan layanan internet per tahunnya, apalagi di beberapa negara berkembang sudah mengimplementasikan layanan IPTV tersebut. Kolaborasi dari stakeholder diperlukan dalam mempersiapkan layanan IPTV dimana IPTV merupakan bagian dari konvergensi TIK yang akan melibatkan lembaga dan industri telekomunikasi serta penyiaran.

Berdasarkan pada latar belakang pemikiran di atas, penelitian ini akan mengkaji persiapan penerapan IPTV di Indonesia karena penyelenggaraan layanan IPTV nantinya diharapkan dapat mengedepankan interoperabilitas layanan dan jaringan, peningkatan kualitas pelayanan bagi pelanggan IPTV serta dapat membuka peluang terhadap pengembangan local content di Indonesia sehingga diharapkan layanan IPTV dapat lebih terjangkau oleh banyak kalangan yang selanjutnya secara jangka panjang akan berdampak pada meningkatnya perkembangan IPTV baik dari aspek kualitas layanan, industri manufaktur telekomunikasi dalam hal ini perangkat IPTV, industri konten maupun industri penyiaran.